...........Dirgahayu Indonesiaku ke 68 tanggal 17 Agustus 2013........

Rabu, 31 Juli 2013

Tugu Dwikora-Bukti Sejarah Perjuangan Bangsa di Nunukan

KASAL Minta Dipercantik, Siapkan Tank dan Meriam  
Tugu Dwikora-Bukti Sejarah Perjuangan Bangsa di Nunukan

Bukti sejarah perjuangan bangsa ini-khususnya tugu Dwikora yang masih berdiri tegak di pintu perbatasan-Kabupaten Nunukan, wajib dilestarikan. Pangkalan Angkatan Laut (Lanal) Nunukan juga punya komitmen itu.

Samsul Malhotra----

Tugu itu tingginya kurang lebih 5 meter, terawat, dan dengan warna yang masih segar dilihat. Meski berada di halaman Puskesmas Nunukan, tugu tersebut selalu mendapat tempat untuk dihormati. Buktinya, beberapa kali peringatan hari besar nasional, salah satunya untuk mengenang perjuangan era konfrontasi Indonesia-Malaysia, di pusatkan di tugu tersebut.

Tugu bukan sekadar tugu, keberadaanya seharusnya bisa membekas, khususnya bagi generasi muda Nunukan. Jiwa nasionalisme perlu ditanamkan, agar tidak hanya dengan belajar di bangku pendidikan. Tapi, tindakan nyata dengan menjaga bukti sejarah tersebut.

Kepala Staf Angkatan Laut (KASAL) Laksamana TNI Dr  Marsetio MM dalam lawatannya belum lama ini ke Nunukan dan Sebatik-tegas soal menjaga tugu Dwikora. Ia bahkan memerintahkan Lanal Nunukan untuk lebih mempercantik monumen sejarah yang telah lama dimiliki daerah ini.

Danlanal Nunukan Letkol Laut (P) I Bayu saat dikonfirmasi hal tersebut membenarkan arahan KASAL. Ia mengatakan, untuk menambah daya tarik masyarakat Nunukan untuk lebih memperhatikan bukti sejarah yang dimiliki. Apalagi di Pulau Nunukan ini merupakan lokasi terbesar terjadinya Dwi Komando Rakyat (DWIKORA). Pihaknya, merencanakan menempatkan 2 alat perang yang sudah tidak difungsikan di samping tugu Dwikora. Yakni, tank dan meriam.

Dengan tujuan, lanjutnya, agar bukti sejarah yang dimiliki di wilayah perbatasan ini semakin terlihat dan mengenang kebesaran peristiwa sejarah perjuangan DWIKORA. Dimana, tahun 1961 Malaysia berkeinginan menggabungkan Brunei, Sabah, dan Serawak dalam Persekutuan Tanah Melayu.
Namun, ditentang keras oleh Presiden Soekarno. Konfrontasi antara Indonesia–Malaysia yang terjadi tahun 1962-1966 dimana sangat menentukan nasib masa depan Kalimantan.

“Selain itu, tugu tersebut dapat dijadikan tempat pendidikan edukasi kepada pelajar-pelajar di Nunukan. Seperti apa sejarahnya, dan tentunya masyatakat Nunukan juga dapat menjadikannya tempat rekreasi,” idenya.

Selama ini, lanjut Danlanal, tugu Dwikora sudah sering dilakukan perawatan. Seperti beberapa waktu lalu dilakukan pengecatan dan membersihkan halaman dimana tugu berdiri. Namun, masih belum dapat menarik perhatian masyarakat.

“Untuk itu, kita sangat meminta dukungan seluruh masyarakat, instansi terkait, veteran dan tentunya dukungan penuh pemkab Nunukan agar keinginan kita dapat terwujud . Karena kalau bukan kita, siapa lagi yang harus merawat dan menjaga bukti sejarah ini,” pesannya.

Sementara itu, Amir Tuwing anggota PPM Nunukan sangat mengapresiasikan sikap Lanal Nunukan untuk menjaga dan merawat monumen tugu Dwikora yang merupakan bukti adanya pejuang di bumi Panguntaka, yakni mempertahankan kemerdekaan dan kesatuan NKRI.

“Saya sangat berterima kasih dan memberikan apresiasi atas sikap yang dilakukan Lanal Nunukan. Saya yakin, jika rencana tersebut terwujud, maka masyarakat akan banyak mengunjungi tugu tersebut,” yakinnya.

Dikatakan, tidak banyak yang diinginkan para pejuang yang telah gugur maupun yang masih hidup. Mereka hanya ingin apa yang telah dipejuangkan dapat dipertahankan dan dijaga. Tidak lebih.

“Mencintai negeri ini merupakan salah satu bentuk dari penghargaan kita kepada pahlawan. Mencintai negeri ini berarti menjaga negeri ini dari kerusakan, baik secara fisik maupun mental. (hms/ica)

Senin, 1 Juli 2013
Sumber : http://www.radartarakan.co.id/index.php/kategori/detail/Nunukan/39860
 

1 komentar: