ADA APA DI DASAR LAUT SEKITAR P. NUNUKAN-SEBATIK, KALIMANTAN TIMUR ?
Penulis Artikel Puslitbang Geologi Kelautan : Kresna Tri Dewi, Noor C.D Aryanto dan Yogi Noviadi
Pada
umumnya, dasar laut yang disajikan dalam media cetak dan elektronik
digambarkan sebagai pelamparan terumbu karang, padang lamun,
kerang-kerangan dan biota lain yang beraktivitas di sekitar dasar laut.
Selain biota, dasar laut juga digambarkan sebagai pelamparan pasir atau
lumpur yang oleh orang awam dianggap seragam di satu tempat dengan di
tempat lain. Kenampakan dasar laut tersebut dapat dilihat secara
langsung baik misalnya saat menyelam maupun secara tidak langsung
melalui hasil dokumentasi atau dideteksi dengan menggunakan teknologi
inderaja untuk mendapatkan data batimetri dan kondisi terumbu karang.
Namun sejauh ini kenampakan mikroskopis dasar laut belum terlihat bagi
orang awam dan hanya dinikmati terbatas oleh komunitas ilmuwan tertentu.
Oleh karena itu pada kesempatan ini, kami sajikan kenampakan material
dasar laut secara mikroskopis dengan harapan dapat memberi informasi
dan gambaran yang lebih spesifik.
Pendahuluan
Pada
umumnya, dasar laut yang disajikan dalam media cetak dan elektronik
digambarkan sebagai pelamparan terumbu karang, padang lamun,
kerang-kerangan dan biota lain yang beraktivitas di sekitar dasar laut.
Selain biota, dasar laut juga digambarkan sebagai pelamparan pasir atau
lumpur yang oleh orang awam dianggap seragam di satu tempat dengan di
tempat lain. Kenampakan dasar laut tersebut dapat dilihat secara
langsung baik misalnya saat menyelam maupun secara tidak langsung
melalui hasil dokumentasi atau dideteksi dengan menggunakan teknologi
inderaja untuk mendapatkan data batimetri dan kondisi terumbu karang.
Namun sejauh ini kenampakan mikroskopis dasar laut belum terlihat bagi
orang awam dan hanya dinikmati terbatas oleh komunitas ilmuwan tertentu.
Oleh karena itu pada kesempatan ini, kami sajikan kenampakan material
dasar laut secara mikroskopis dengan harapan dapat memberi informasi
dan gambaran yang lebih spesifik.
Secara umum, dasar laut terdiri
dari sedimen, mineral dan material biogenik dimana kandungan dan
komposisinya sangat bervariasi tergantung pada kondisi lingkungan
setempat. Material biogenik dalam sedimen yang berukuran mikroskopis
terdiri dari beberapa kelompok organisme yang menurut Haq dan Boersma,
1984 dapat dibedakan berdasar bahan pembentuk cangkangnya yaitu kelompok
berdinding gampingan (misalnya foraminifera dan ostracoda), berdinding
silikatan (radiolaria), berdinding organik dan fosfat. Selain itu, di
dasar laut juga ditemukan moluska, pecahan koral, spikula dan lain-lain
yang dapat dilihat secara megaskopis.
Seperti diketahui bahwa
foraminifera bentik merupakan salah satu kontributor penting dalam
pembentukan pelamparan terumbu karang. Menurut catatan, foraminifera
bentik merupakan pemasok utama (0.2%) dari pesisir sekitar Oahu, Hawaii
dan didominasi oleh Amphistegina yang mencapai 90% dari produksi
total (Hallock, 1976 dalam Tomascik dkk, 1997). Sedangkan di pelamparan
Spermonde, foraminifera bentik besar menempati sekitar 40-70% sedimen
dasar laut (Renema & Troelstra, 2002). Demikian juga dengan
ostracoda, beberapa spesies tertentu merupakan penghuni utama ekosistem
terumbu karang dan pulau-pulau kecil, seperti di Kepulauan Seribu dan
Solomon (Whatley & Watson, 1988). Di perairan laut dalam,
foraminifera plangtonik merupakan komponen penting (>75%) yang
membentuk endapan dengan ketebalan mencapai ratusan meter di suatu
cekungan (Tomascik dkk, 1997). Kemudian timbul pertanyaan, ada apa di
dasar laut di sekitar Pulau
Nunukan-Sebatik, Kalimantan Timur?
Perairan Sekitar Pulau Nunukan–Sebatik
Wilayah
sekitar Pulau Nunukan-Sebatik, Kalimantan Timur dimana kegiatan survei
dilakukan pernah menjadi topik hangat di berbagai media massa baik yang
menyangkut isu tenaga kerja maupun yang menyangkut klaim sepihak dari
negara tetangga Malaysia berkaitan dengan kepemilikian Blok
Ambalat di
lepas perairan Karang Unarang. Berdasarkan bukti geologi (tektonik
dan penyebaran cekungan) daerah telitian secara umum merupakan
kelanjutan alamiah dari Kalimantan Timur dan Selat Makasar.
Pengambilan
sedimen dasar perairan sekitar P.Sebatik-Nunukan, Kalimantan Timur
menggunakan pemercontoh comot dan 47 sampel sedimen terpilih digunakan
untuk studi mikrofauna (foraminifera dan ostracoda). Kemudian sebagian
sampel sedimen dikeringkan dan dengan berat kering yang sama dilakukan
pencucian dalam ayakan berukuran 2, 3, dan 4 phi dan terakhir
dikeringkan. Studi ostracoda dilakukan hingga tingkat spesies bila
memungkinkan dan perhitungan spesimen/individu tiap spesies/jenis.
Sedangkan analisis foraminifera hanya dilakukan sepintas sebagai
pembanding dan penunjang atau informasi tambahan apabila tidak ditemukan
ostracoda atau ada penemuan yang menarik untuk dibahas dalam tulisan
ini.
Kenampakan mikroskopis dasar lautDasar
perairan di daerah penelitian yang diuraikan dalam tulis ini lebih
difokuskan pada material biogenik dan material lain yang dominan.
Kandungan dan komposisi material tersebut bervariasi di satu titik
lokasi dengan di titik lokasi lain, terutama pada zona dekat pantai dan
laut lepas. Kenampakan mikroskopis pada beberapa titik lokasi mewakili
dasar perairan sekitar P.Nunukan-Sebatik disajikan pada Gambar 2. yang
tidak dapat dilihat dengan kasat mata secara rinci. Secara umum tampak
adanya perubahan kenampakan mikroskopis dasar laut seperti sisa tanaman
dijumpai dominan pada titik lokasi yang tidak jauh dari daratan, di
sebelah selatan P. Sebatik terlihat percampuran antara material biogenik
dan nobiogenik secara seimbang dan di laut lepas didominasi oleh
material biogenik. Berikut ini diuraikan kondisi dasar perairan
berdasarkan pada material dominan di daerah penelitian.
Material biogenikDalam
tulisan ini diutamakan pada foraminifera dan ostracoda sebagai kelompok
gampingan yang mendominasi perairan dangkal. Dua kelompok ini antara
lain bermanfaat untuk interpretasi lingkungan pengendapan. Di daerah
penelitian dijumpai 82 spesies ostracoda dan sembilan diantaranya
mempunyai kandungan cukup melimpah dan tersebar cukup merata terutama di
laut lepas seperti Hemicytheridea cf. H. reticulata, Hemicytheridea
reticulata, genus Keijella, Keijella kloempritensis, Keijella
multisulcus, Keijella reticulata Phlyctenophora orientalis, Cytherella
semitalis, Pistocythereis bradyiformis, dan Alocopocythere kendengensis.
Secara
umum, keterdapatan baik ostracoda maupun foraminifera dari sangat
jarang di perairan sekitar P. Nunukan dan cenderung bertambah melimpah
dan beraneka ragam menuju ke arah laut lepas. Pengaruh daratan tercermin
dari rendahnya kandungan foraminifera dan ostracoda di sekitar P.
Nunukan dan tingginya kandungan material organik lain seperti sisa-sisa
tanaman dari daratan. Hanya beberapa spesies tertentu yang dapat
beradaptasi dan bertahan pada kondisi lingkungan berenergi tinggi ini.
Di wilayah ini ditemukan Myocyprideis sp. dan Sinocytheridea sp. yang
merupakan penciri perairan transisi antara air tawar dan asin.
Sisa-sisa tanaman tersebut menyebar ke arah selatan di bandingkan ke
sebelah utara daerah penelitian. Secara tidak langsung keterdapatannya
dapat mencerminkan arah aliran air yang berasal dari daratan.
Hal
yang sangat menarik adalah ditemukannya ostracoda dan foraminifera
secara melimpah di sekitar Pulau Tinabasan diantara sedimen berukuran
pasiran. Namun kondisi cangkang kedua kelompok tersebut ditemukan dalam
keadaan abnormal yaitu berwarna kecoklatan atau gelap dibandingkan
dengan warna normal yang putih sampai opak, bentuk morfologi tidak
sempurna, dan cangkang ostracoda ditemukan dalam keadaan terkatup.
Kondisi cangkang yang berwarna tidak normal, menurut Whatley (1988 dan
Frenzel, 2005, komunikasi pribadi) terjadi pada lingkungan perairan yang
tenang, dasar perairan terdiri dari lumpur yang kaya akan zat organik
dan aktivitas bakteria menyebabkan cangkang diselimuti oleh zat besi dan
mangan. Namun apabila dilihat lebih detil, warna gelap terkonsentrasi
di bagian hiasan/retikulasi yang mengindikasikan bahwa kumpulan ini
sebagai hasil akumulasi dari kondisi lingkungan tenang ke titik lokasi
tersebut. Keterdapatan cangkang ostracoda dalam keadaan terkatup secara
melimpah memberi indikasi adanya peran arus kuat yang menyebabkan
kecepatan sedimentasi tinggi. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
kumpulan tersebut berasal dari lingkungan tenang atau terlindung dan
dalam waktu yang tidak lama/mendadak terpindahkan ke titik lokasi
tersebut sebelum cangkang terpisahkan menjadi dua seperti pada
kerang-kerangan.
Di laut lepas sekitar P. Sebatik, keterdapatan
foraminifera dan ostracoda mulai melimpah sampai sangat melimpah dan
mempunyai keanekaragaman spesies cukup tinggi. Ada beberapa spesies yang
dijumpai sangat melimpah pada titik lokasi tertentu seperti
Foveoleberis cypraeoides sangat dominan, Phlyctenophora orientalis dan
Hemicytheridea reticulata. Demikian juga untuk Foraminifera bentik:
Asterorotalia trispinosa, Ammonia beccarii, Cibicides sp., Elphidium
gunteri, Quinqueloculina sp. dan Textularia sp. Munculnya beberapa
spesies secara melimpah di satu titik lokasi tertentu menunjukkan bahwa
titik lokasi tersebut merupakan habitat yang cocok untuk kehidupan
spesies tersebut dengan mengalahkan spesies lain sebagai pesaing dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya atau merupakan spesies yang mampu dalam
pertahanan diri terhadap kondisi lingkungan setempat.
Penemuan
menarik di daerah laut lepas adalah Asterorotalia yang mempunyai banyak
variasi bentuk morfologis yaitu berduri dua, empat, lima bengkok dan ada
dua duri yang muncul berdekatan. Pada umumnya genus ini berduri tiga
yang muncul pada bagian sudut cangkang secara teratur. Menurut
Boltovskoy & Wright (1976), variasi morfologis dari suatu takson
dapat berkaitan erat dengan faktor genetis, geografis yang terisolasi,
dan kondisi lingkungan setempat. Adanya perubahan lingkungan yang
drastis seperti salinitas, pasokan makanan, temperatur, konsentrasi
elemen jejak dapat mengakibatkan timbulnya variasi morfologis dari
cangkang foraminifera. Oleh karena itu untuk memastikan faktor mana
yang berperan dari kemunculan variasi spesies tersebut, diperlukan studi
lebih lanjut. Studi ini diperlukan untuk mendapatkan jumlah spesimen
dalam bentuk juvenil dan dewasa yang akan menghasilkan informasi akurat.
Selain
itu dijumpai pula cangkang yang tidak normal pada Elphidium berupa
kerusakan kamar-kamarnya. Bentuk morfologis yang abnormal dari
foraminifera, khususnya genus Elphidium berkaitan dengan beberapa
faktor seperti faktor mekanis berupa lingkungan berenergi tinggi yang
dapat merusak cangkang atau faktor biologis berupa aktivitas bakteri
yang mengakibatkan cangkang menjadi abnormal.
Mineral
Selain kehadiran material biogenik di atas, dasar laut Perairan Nunukan-Sebatikpun mengandung material abiogenik dalam hal ini mineral. Adapun mineral-mineral yang dijumpai antara lain seperti: magnetit, hematit, zirkon dan pirit yang keterdapatannya menyebar secara relatif merata di sekitar perairan Karang Unarang. Secara mikroskopis, kuarsa mendominasi beberapa titik lokasi terutama di sekitar P. Nunukan bagian dalam.
Selain kehadiran material biogenik di atas, dasar laut Perairan Nunukan-Sebatikpun mengandung material abiogenik dalam hal ini mineral. Adapun mineral-mineral yang dijumpai antara lain seperti: magnetit, hematit, zirkon dan pirit yang keterdapatannya menyebar secara relatif merata di sekitar perairan Karang Unarang. Secara mikroskopis, kuarsa mendominasi beberapa titik lokasi terutama di sekitar P. Nunukan bagian dalam.
Penutup
Kenampakan dan kehadiran material biogenik dasar laut secara mikroskopis dapat mencerminkan dinamika dasar perairan tersebut. Keterdapatan ostracoda-foraminifera secara melimpah dan dalam warna cangkang yang berbeda dari keadaan normal dapat mengindikasikan adanya perubahan kondisi lingkungan.
Kenampakan dan kehadiran material biogenik dasar laut secara mikroskopis dapat mencerminkan dinamika dasar perairan tersebut. Keterdapatan ostracoda-foraminifera secara melimpah dan dalam warna cangkang yang berbeda dari keadaan normal dapat mengindikasikan adanya perubahan kondisi lingkungan.
Ucapan terima kasih
Kami mengucapkan terima kasih atas dorongan yang diberikan oleh Bapak Ir. Subaktian Lubis untuk menyajikan tulisan ini. Demikian juga kepada ”Tim Sebatik” atas kerja sama, diskusi dan saran yang diberikan kepada kami.
Kami mengucapkan terima kasih atas dorongan yang diberikan oleh Bapak Ir. Subaktian Lubis untuk menyajikan tulisan ini. Demikian juga kepada ”Tim Sebatik” atas kerja sama, diskusi dan saran yang diberikan kepada kami.
Daftar PustakaBoltovskoy, E. & Wright, R., 1976. Recent Foraminifera. W. Junk. B.v. Publisher, The Haque, 515 hal.
Haq,B.U.,& Boersma, A., 1984.Introduction to Marine Micropaleontology. Elsevier375 hal.
Renema, W., & Troelstra. S., 2002. Larger foraminifera distribution on the mesotrophic carbonate shelf in the SW Sulawesi, Indonesia. Paleogeography, Paleoclimatology and Paleoecology 175 (1-4): 125-146.
Tomascik, T., A. Janice, A. Nontji, & M. K. Moosa. 1997. The Ecology of Indonesian Seas Part Two. Periplus Edition, Little Road, Jakarta, Sydney, Kawasaki dan Oxford, 688 hal.
Whatley, R.C., 1988. Population structure of ostracods: some general principles for the reoconitioan of paleoenvironemnts. Dalam DeDeckker, P., Colin, J.P., & Peypouquet, J.P., 1988. Ostracdoa in the Earth Sciences. 245-256.
Whatley, R.C. & Watson, K., 1988. A preliminary account of the Distribution of Ostracoda in Recent Reef and Reef Associated Environments in Pulau Seribu or Thousand Island Group, Java Sea. In Hanai, T., Ikeya, N., and Ishizaki, K., (eds). Evolutionary Biology on Ostracoda:Proceeding of the Ninth International Symposium on Ostracoda, Shizuoka, 399 411.
Haq,B.U.,& Boersma, A., 1984.Introduction to Marine Micropaleontology. Elsevier375 hal.
Renema, W., & Troelstra. S., 2002. Larger foraminifera distribution on the mesotrophic carbonate shelf in the SW Sulawesi, Indonesia. Paleogeography, Paleoclimatology and Paleoecology 175 (1-4): 125-146.
Tomascik, T., A. Janice, A. Nontji, & M. K. Moosa. 1997. The Ecology of Indonesian Seas Part Two. Periplus Edition, Little Road, Jakarta, Sydney, Kawasaki dan Oxford, 688 hal.
Whatley, R.C., 1988. Population structure of ostracods: some general principles for the reoconitioan of paleoenvironemnts. Dalam DeDeckker, P., Colin, J.P., & Peypouquet, J.P., 1988. Ostracdoa in the Earth Sciences. 245-256.
Whatley, R.C. & Watson, K., 1988. A preliminary account of the Distribution of Ostracoda in Recent Reef and Reef Associated Environments in Pulau Seribu or Thousand Island Group, Java Sea. In Hanai, T., Ikeya, N., and Ishizaki, K., (eds). Evolutionary Biology on Ostracoda:Proceeding of the Ninth International Symposium on Ostracoda, Shizuoka, 399 411.
Sumber : http://www.mgi.esdm.go.id/content/ada-apa-di-dasar-laut-sekitar-p-nunukan-sebatik-kalimantan-timur
Tidak ada komentar:
Posting Komentar