Raid in Kalabakan (Konfrontasi
Indonesia-Malaysia)
Pertempuran di Kalabakan
Harus diakui, dari sekian banyak
kegagalan penyusupan sukarelawan Dwikora ke perbatasan, kesuksesan penyerbuan
dan penyerangan ke Kalabakan merupakan suatu catatan gemilang bagi pihak
Indonesia. Namun, ada sejumlah fakta menarik yang tak banyak diketahui publik,
seperti dikisahkan sendiri oleh Mayjen Walter Walker dalam otobiografinya, :Fighting
General. The Public and Private Campaigns of Sir General Walter Walker.”
Alkisah, sebenarnya pendadakan di
Kalabakan tidak perlu terjadi, karena sudah ada peringatan sebelumnya dari
Brigadir Jenderal Glennie, Deputy Director of Operations. Glennie yang gemar menyusuri
anak sungai di Kalimantan dapat membaca, kalau Tawau yang memiliki banyak
industri perkebunan dan 3/5 populasinya adalah warga TKI (Tenaga Kerja
Indonesia), merupakan wilayah atau tempat strategis yang dengan mudah dapat
didadaki.
Lima kompi digelar dan
diterjunkan Indonesia di Pulau Sebatik. Reputasi serta keahlian tempur prajurit
Indonesia yang cukup membuat ngeri, membuat Glennie memberikan peringatan
waspada bagi prajurit 3rd Batt, Royal Malay Regiment (RMA)
dan satu kompi King's Own Yorkshire Light Infantry yang saat itu menjaga
Tawau. Karena Royal Navy memiliki destroyer yang memiliki radar
di lepas pantai Tawau, Brigjen Glennie bisa membaca bahwa arah serangan
nantinya akan datang bukan melalui wilayah laut, melainkan dari wilayah rawa
yang sulit dijaga.
Sayangnya, 3rd RMA
yang baru tiba di Tawau tidak mengikuti perintah Glennie. Saat 35 KKO dan 128
sukarelawan menyeberangi perbatasan, tujuan awal mereka memang menyerang
Kalabakan di sebelah barat dan kemudian menunggu dukungan dari TKI yang bekerja
disana untuk bergabung bersama dan menduduki Tawau. Strategi popular
uprising, yang merupakan gaya komunis ini didasarkan pada laporan intelijen
yang terlalu berani dan cenderung mengarah ke ilusi.
Setelah delapan hari melintasi
rawa, pada 29 Desember pasukan KKO tiba di tepi hutan di sekitar Kalabakan, dan
siap untuk melancarkan serangan. Kalabakan sendiri hanya diperkuat di dua
posisi, satu pos polisi di tepi sungai yang mengarah ke Cowie Harbour dan dua
gubuk milik RMA. Pos polisi yang diperkuat oleh barikade kawat berduri dan
kantung pasir dijaga oleh 15 personel. Sementara itu RMA memiliki kekuatan satu
peleton dan dua seksi. Bodohnya, gubuk-gubuk ini tidak diperkuat oleh
karung-karung pasir yang setidaknya bisa menghentikan laju peluru.
Saat malam tiba, prajurit 3rd
RMA juga tidak disiplin. Sebagian besar bersantai, ada yang sedang makan,
membaca buku, mencuci baju, dan tidak ada personel yang berpatroli. Tepat pukul
11 malam, para prajurit KKO yang bergerak dalam senyap mencabut pin granat dan
melemparkannya melalui lubang jendela yang terbuka lebar, lalu dengan cepat
menghujani kedua gubuk tersebut dengan tembakan senapan serbu AK-47.
Delapan prajurit Malaysia yang
sama sekali tak sigap, terlambat bereaksi, dan akhirnya tewas seketika diberondong
peluru, termasuk komandan kompi, 19 prajurit Malaysia lainnya terluka sehingga
tak mampu melawan. Kelompok KKO lain yang menyerang pos polisi tidak
seberuntung serangan pertama, karena para prajurit yang berjaga dapat mundur ke
pos mereka yang memiliki pertahanan baik dan lalu menyerang dari dalam.
Kelompok lain yang menyerang perusahaan kayu menemukan kantor dalam keadaan
kosong, lalu menjarah apa saja yang ada didalamnya, termasuk wiski.
Sementara itu, sang manajer
perusahaan kayu kabur dan lari ke markas 3rd RMA yang baru diserang,
dan meminta para prajurit Malaysia untuk menyerang balik, tapi mereka terlalu
takut dan memilih bersembunyi. Tak sampai satu jam, seluruh penyerang undur
diri ke rawa-rawa di sekitar Kalabakan dan menunggu pergerakan rakyat Indonesia
untuk merebut Tawau. Seandainya saja para penyerang langsung bergerak maju ke
Tawau, akhir ceritanya pasti akan berbeda.
Mayjen Walter Walker dikabari
pukul 2 malam waktu setempat, bahwa Tawau telah diduduki. Ia melakukan inspeksi
sendiri ke lokasi pertempuran di Kalabakan pada pagi harinya. Walker juga
dikabari bahwa Tunku Abdul Rahman sudah mengetahui kejadian penyerangan di
Kalabakan, dan mengumumkan akan berangkat ke Sabah dan langsung ke Tawau untuk
observasi lapangan lebih lanjut. Itu merupakan penyerangan terbuka pertama,
perang pertama antara Indonesia-Malaysia.
Mendengar hal ini, Mayjen Walker
langsung minta diterbangkan ke Kinabalu- saat itu bernama Jesselton- untuk
mengunjungi Tunku. Disana ia bertemu Inspektur Jenderal Polisi Claude Fenner
yang telah tiba lebih dulu. Walker lalu memberitahu Fenner segala sesuatunya
mengenai apa yang sebenarnya terjadi, juga termasuk peringatan yang sudah
diumumkan oleh Glennie jauh-jauh hari sebelumnya dan juga mengenai pasukan 3rd
RMA yang payah. Walker memutuskan akan menceritakan segala fakta pada Tunku,
tapi ditahan sejenak oleh Fenner. Fenner yang mengenal Tunku dengan sangat
baik, tahu bahwa Tunku memiliki rasa ego yang tinggi. Tunku pasti tidak akan
percaya bahwa prajurit pribumi melayu, yang dikenal hebat, ternyata takluk dan
dapat dikalahkan oleh prajurit Indonesia dengan stanpa perlawanan yang berarti.
Atas nasehat Fenner, Walker
akhirnya memoles ceritanya. “Pasukan Indonesia melakukan penyerbuan dengan
gerakan merapat dengan sangat baik, memanfaatkan hutan-hutan disekitar wilayah
Kalabakan, dan melakukan penyerangan mendadak dalam jumlah yang sangat besar,
kira-kira satu batalion, perlawanan pasukan Malaysia yang kalah jumlah
berlangsung sampai titik darah penghabisan!” , dari sinilah, maka
disebutkan bahwa Kalabakan diserbu oleh satu batalion prajurit KKO, padahal
faktanya para penyerang hanyalah berjumlah tidak lebih dari tiga regu. Tunku
yang mendengar hal tersebut merasa terharu dan tergerak hatinya, dan saat
menjenguk prajurit yang selamat di Tawau, Beliau memberikan para prajurit
tersebut sejumlah uang, serta mendirikan monumen baru- untuk mengenang
peristiwa penyerangan tersebut- yakni; Monumen Kalabakan.
Disadur dari; Majalah Angkasa
Edisi Koleksi; Gurkha The Great Britain Special Force. Edisi Koleksi No.74.
Agustus 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar