Kota Surabaya memiliki bukti Sejarah yang sangat beragam. Monumen di Surabaya menggambarkan betapa beraninya para Pejuang kita dalam melawan penjajah demi Kemerdekaan Bangsa Indonesia.
1. | Monumen Kapal Selam | |||
Monumen Kapal Selam, atau disingkat Monkasel, adalah sebuah museum kapal selam yang terdapat di Embong Kaliasin, Genteng, Surabaya. Terletak di pusat kota, monumen ini sebenarnya merupakan kapal selam KRI Pasopati 410, salah satu armada Angkatan Laut Republik Indonesia buatan Uni Soviet tahun 1952. Kapal selam ini pernah dilibatkan dalam Pertempuran Laut Aru untuk membebaskan Irian Barat dari pendudukan Belanda. Kapal Selam ini kemudian dibawa ke darat dan dijadikan monumen untuk memperingati keberanian pahlawan Indonesia. Monumen ini berada di Jalan Pemuda, tepat di sebelah Plasa Surabaya. Selain itu di tempat ini juga terdapat sebuah pemutaran film, dimana di tampilkan proses peperangan yang terjadi di Laut Aru. Jika anda ingin mengunjungi tempat wisata ini anda juga akan ditemani oleh seorang pemandu lokal yang terdapat di sana Sumber : Wikipedia |
||||
2. | Monumen Bahari | |||
Kota Surabaya juga dikenal sebagai basis TNI Angkatan Laut Republik Indonesia. Komando Pendidikan Angkatan Laut dan Komando Armada Timur TNI AL berlokasi di Surabaya. Tidak heran bila beberapa monumen sebagai penghargaan atas jasa-jasa para perajurit yang gugur dalam membela kemerdekaan Negara Indonesia, juga berdiri megah di kota ini. Monumen Bahari salah satunya, terletak tepat di depan gedung yang dahulu Museum Mpu Tantular, di sudut antara Jalan Raya Diponegoro dan Raya Darmo, di wilayah Surabaya Selatan. | ||||
3. | Monumen Gubernur Suryo | |||
Monumen
Gubernur Suryo adalah monumen penghormatan yang ditujukan untuk
Gubernur pertama Jawa Timur yang telah terbunuh selama pemberontakan PKI
di Madiun tahun 1948. Monumen ini terletak di Kompleks Taman Apsari di
Jalan Gubernur Suryo di depan Gedung Negara Grahadi. Di bawah patung terdapat prasasti yang ditulis pada 9 November 1945, pukul 23.00 WIB di Nirom Broadcast, Jalan Embong Malang Surabaya (saat ini Hotel JW Marriot). Prasasti tersebut berbunyi: "Berulang kali kami telah diberitahu bahwa lebih baik jatuh berkeping-keping daripada dijajah lagi. Dan sekarang dalam menghadapi ultimatum Inggris, kita akan berpegang teguh untuk menolak ultimatum " Selain sebagai simbol kebesaran Gubernur Suryo, di sekitar monumen tersebut juga selalu di jadikan tempat berkumpul pemuda pemudi Surabaya saat malam minggu atau saat malam di hari-hari biasa. Sumber : www..eastjava.com |
||||
4. | Monumen Mayangkara | |||
Monumen
Mayangkara terletak di wilayah Surabaya Selatan dekat dengan Jembatan
Wonokromo. Monumen ini berbentuk patung Kuda Mayangkara dengan
penunggangnya yaitu Letkol. R. Djarot Soebiyantoro mantan Komandan Kompi
Djarot Batalyon 503 Mayangkara. Batalion ini berhasil menerobos
pertahanan Belanda pada tanggal 12 Juli 1949 dan masuk Surabaya.
Mayangkara sendiri merupakan nama dari kuda putih yang dinaiki Let. Kol.
R. Djarot Soebijantoro.
Monumen Mayangkara ini dibangun oleh keluarga besar Batalyon Infanteri 503/Mayangkara Kodam VIII Brawijaya, diresmikan oleh Mayjend TNI SOELARSO Pangdam V Brawijaya pada 4 April 1985. |
||||
5. | Pesawat Bomber B-26 Intruder | |||
Pesawat Bomber B-26 Intruder Monumen Pesawat B – 26 Intruder yang terletak di Taman Prestasi Surabaya ini, diresmikan oleh Walikota Surabaya pada saat itu, Bambang Dwi Hartono pada tanggal 19 Juli 2006. Setelah kemerdekaan Republik Indonesia, Pesawat B – 26 Intruder sangat berjasa dalam memerangi separatis didalam negeri. Data Pesawat B-26 Intruder M-265 : Panjang : 51 Feet 3 Inch Tinggi : 18 Feet 6 Inch Rentang sayap : 70 Feet 0 Inch Buatan : U.S.A Type Engine : PRATT AND WHITNEY R-2800-27 DOUBLE WASP SINGLE-STAGE TWO SPEED RADIAL ENGINE Bahan bakar : AVGAS BU 100/130 Jumlah bahan bakar : 680 U.S. Gallon Dioperasikan : Di TNI AU sejak 1950 s/d 1977 Masuk jajaran Skadron Udara 1
|
||||
6. | MONUMEN POLRI | |||
Tepat 1 Juli 2005 lalu, jajaran Kepolisian RI telah berusia 59 tahun. Selama kurun waktu lebih dari setengah abad itu, berbagai cibiran dan pandang mata sinis sering ditampakkan terhadap sosok polisi, seiring kemajuan jaman. Namun, bukan polisi profesional jika tak mampu mengambil sikap bijak kala menyikapi hal itu. Semua diterimanya dengan lapang dada dan senyum bijak. Khususnya di Surabaya, untuk mengenang perjuangan Polri di masa-masa penjajahan, telah dibangun sebuah Monumen Perjuangan Polri. Monumen yang terletak tepat di pinggir jalan seputaran perempatan Jalan Raya Darmo Surabaya itu, seolah mengingatkan kita semua. Bahwa, perjuangan Polri dalam mempertahankan NKRI, tak hanya sekarang saja. Tetapi, jauh sebelum kemerdekaan berhasil digenggam rakyat Indonesia, perjuangan mereka tak perlu diragukan lagi. “Setiap memperingati HUT Bhayangkara, monumen itu dibersihkan dan dicat ulang,” ujar seorang pamen di Polda Jatim. Meski ia mengaku tak ikut berjuang kala merebut kemerdekaan dari tangan penjajah, namun ia merasa bangga karena almarhum ayahnya kala itu ikut aktif berjuang di garis depan. Karenanya, untuk melanjutkan perjuangan ayahnya, kini ia menjadi seorang anggota Polisi. Cerita seputar almarhum ayahnya kala di masa perjuangan, hanya ia dengar dari sang ibunda. Menurut ibundanya, kala itu ayahnya aktif berjuang bersama anggota polisi yang lain di Hotel Majapahit sekarang (kini Jalan Tunjungan, red) Surabaya. Kala itu, masih menurut cerita ibundanya, Hotel Majapahit dijadikan markas penjajah. Seingat ibundanya yang kini berusia 74 tahun, nama tempat itu adalah Yamato. Di tempat itu pulalah bendera Jepang berhasil diturunkan, dirobek dan dibakar oleh arek-arek Surabaya. Api yang berkobar disertai yel-yel kemenangan, menggambarkan semangat juang yang tak pernah padam. Dan setiap memperingati Hari Kemerdekaan RI, di lokasi-lokasi sarat sejarah, terutama di Jalan Pahlawan dan di Hotel Majaphit, selalu digelar episode perjuangan arek-arek Surabaya. Melibatkan lebih dari 1000 orang, ada yang dari seniman, tukang becak, warga biasa dan lain-lain, adegan itu cukup mewakili betapa arek-arek Surabaya tak kenal kata takut dan menyerah. Bisa jadi, prinsip hidup mereka adalah : Sadumuk bathuk sanyari bumi sun belani pati. Sesanti Jawa itu mengandung makna : “Harga diri dan sejengkal bumi akan dibela sampai mati”. | ||||
7. | Monumen Korea Indonesia | |||
Selain
Taman di Jalan Sulawesi yang merupakan wujud sebagai taman
persahabatan, ada sebuah taman yang dinamai Taman Persahabatan
Indonesia-Korea Selatan, taman ini dihadirkan sebagai prasasti
persaudaraan dua bangsa. Lokasinya sangat dikenal kalangan ekspatriat yakni di jalan Dr. Soetomo. Dan diresmikan oleh Bambang DH yang waktu itu menjabat sebagai Wali Kota Surabaya beserta Dubes Korsel untuk Indonesia Kim Ho-Young pada Juni 2010. Berdiri diatas lahan seluas 2000 meter persegi, taman tersebut didedikasikan untuk 3000 lebih warga Korea di Indonesia yang sekitar 10 persennya ada di Surabaya. Taman ini didedikasikan sebagai ruang publik dan area hijau bagi warga Surabaya. Bukti persahabatan dua bangsa itu tandai hanya tampak pada prasasti perdamaian tiga bahasa yakni Indonesia, Korea, dan Inggris yang berada di tengah-tengah taman elok yang dilengkapi air mancur. Fasilitas lainnya selain air mancur, ada juga tempat duduk dan lahan terbuka yang tidak seberapa luas untuk sekedar olahraga menggerakkan badan. Di monumen juga dipasang Bendera Indonesia dan Korea Selatan sebagai tanda perdamaian kedua Negara. Biaya pendirian taman itu yang mencapai Rp 600 juta, semuanya adalah hibah dari pemerintah Korea Selatan. Surabaya dipercaya sebagai tempat yang layak untuk mrmbangun taman tersebut lantarab pemerintah kotanya dinilai punya kepedulian tinggi terhadap ruang terbuka hijau. Betapa membanggakan. Taman Persahabatan Antar Dua Negara (Indonesia-Korea Selatan) Jalan Dr Soetomo Surabaya (Surabaya, City Guide) |
||||
8. | Monumen Bambu runcing | |||
Sebuah
monumen berdiri tegak diatas jalan Jendral Panglima Sudirman yang
merupakan jalan utama lalu lintas yang padat di Kota Pahlawan ini.
Monumen Bambu Runcing namanya, dengan berbentuk sekumpulan bambu
runcing yang merupakan lambang semangat arek-arek Suroboyo saat melawan
penjajah dengan menggunakan senjata seadanya walaupun dengan sebilah
bambu yang ujungnya diruncingkan. Bambu runcing merupakan ikon kota Surabaya selain Tugu Pahlawan. Wisatawan dengan kendaraan besar dan kecil dapat memarkir di sekitar taman sebelah timur jalan. Di ujung Jalan Embong Ploso yang menjadi pertemuan tersebut terdapat taman yang cukup teduh sehingga banyak dimanfaatkan para pengendara motor untuk santai sejenak melepas lelah. Monumen ini terdiri dari 5 buah pilar beton yang tingginya tidak seragam dibentuk menyerupai bambu yang runcing. Ketinggian bambu runcing yang tertinggi diperkirakan sekitar belasan meter. Pada saat tertentu, pompa air dijalankan sehingga air akan keluar dari masing-masing lubang bambu. Monumen ini dikelilingi berbagai tanaman hias warna-warni sehingga tampak asri dan segar sesaat melintasi perjalanan disekitar Surabaya Pusat yang lumayan penat akan kemacetan saat menjelang pagi dan sore. sumber : http://www.transsurabaya.com/2011/02/monumen-bambu-runcing/#ixzz1mMKcv9JP |
||||
9. | Monumen Tugu Pahlawan | |||
Tugu Pahlawan terletak persis di depan Kantor Gubernur Jawa Timur. Monument yang berbentuk paku terbalik setinggi 40,5 meter ini dibangun di atas lahan seluas 2,5 hektar, merupakan bekas Kantor Raad Van Justititie atau Gedung Pengadilan Tinggi pada masa penjajahan Belanda. Tujuan pembangunan monument ini untuk mengenang sejarah perjuangan Arek-arek Suroboyo mempertahankan kemerdekaan dalam momen bersejarah 10 Nopember 1945 di Surabaya. Presiden Pertama RI yaitu Ir. Soekarno, didampingi Walikota Surabaya Doel Arnowo, melakukan peletakan batu pertama pada tanggal 10 Nopember 1951 dan setahun kemudian Monumen Tugu Pahlawan diresmikan oleh Presiden, didampingi Walikota Surabaya, R Moestadjab Soemowidigo. Pintu gerbang menuju area Monumen Tugu Pahlawan dibangun Candi Bentar. Memasuki areal Monumen Tugu Pahlawan mulai tempat parkir hingga pintu masuk Monumen, kita bisa melihat delapan relief yang menggambarkan perkembangan kota Surabaya pada jaman dahulu hingga saat ini. Museum yang dibangun pada tahun 200 ini dibangun untuk mendukung keberadaan Tugu Pahlawan sebagai monument bersejarah. Didalamnya tersimpan koleksi-koleksi sejarah, seperti peta-peta yang menggambarkan invasi tentara Tar-Tar ke Hujung Galuh dan ada juga berbagai jenis senjata yang digunakan pada Pertempuran 10 Nopember 1945. Museum ini juga menyimpan beberapa peninggalan milik Bung Tomo dan bendera lascar pejuang ketika pertempuran bersejarah itu terjadi. Selain itu disediakan ruang Auditorium Visual untuk menyaksikan film dokumenter tentang Pertempuran 10 Nopember 1945 yang berdurasi 25 menit. Dalam satu hari, pemutaram film dilakukan sebanyak enam kali yang disertai dengan peta maket Surabaya pada tahun 1945, lengkap dengan system pencahayaan dan detector asap. Sumber: brosur Dinas Kebudayaan & Pariwisata |
Sumber : http://digital-library.surabaya.go.id/index.php?vf44wghj8j=ljsldfuoue687hjg |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar